Ada
yang berubah di lantai 2 rumah saya. Sebilah bambu yang lumayan panjang dengan
bendera merah putih melambai-lambai di ujungnya, berdiri bersandar di tembok
lantai 2 rumah saya. Ini bulan Desember. Biasanya bendera akan dipasang di
rumah saya ketika mendekati 17 Agustus.
“Pah, kok neng
nduwur ono gendero? (Pah, kok di atas ada bendera?),” tanyaku pada papa.
“Dinggo tanda,
ben dorone mulih (Untuk tanda, biar burung daranya pulang),” jawan Papa.
Memang beberapa
minggu terakhir ini papa dan adik bungsuku gemar memelihara burung dara. Ada beberapa
pasang yang dipunyai mereka, dan beberapa pula yang hilang. Hilang karena
terbang dan tidak tahu arah jalan pulang *halah... semoga tidak menjadi butiran
debu*. Saya pernah mendengar kawan adik saya menyarankan untuk memasang tanda,
agar burung dara bisa pulang. Bendera itu adalah tanda yang dimaksudkan
**************
2 minggu lalu
saya baru menyelesaikan buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Ada satu
bagian yang membuat saya galau. Ketika saya membaca surat Mariam Dela Croix(ejaannya
gimana sih ya?) kepada Minke. Mariam ini adalah anak seorang asisten Gubernur Belanda
di Surabaya. Sementara itu, Minke adalah pribumi muda yang mengeyam pendidikan
ala Eropa di Surabaya. Dalam surat itu, Mariam menyatakan keprihatinannya
kepada pribumi yang rendah diri terhadap bangsa kulit putih. Pribumi tidak mau
memandang tegak. Masih tulisan Mariam, padahal dia tahu kalau bangsanya yang
sudah lama “tinggal” di Hindia merupakan perampok yag berkedok orang yang
berilmu dan bertatakrama. Novel karya Pram tersebut berlatar tahun 1880an.
Sekarang tahun
2013, apa yang dituliskan Mariam kepada Minke masih saja terjadi. Akhir November
kemarin, komunitasku terlibat even internasional. Kami terlibat dalam tim
media. Kami memang baru bergabung diakhir sebelum acara terselenggara, sehingga
beberapa panitia tidak mengenal kami. Saya dapat cerita dari kawan ketika
evaluasi. Kata kawan saya, ada pembedaan perlakuan dari panitia terhadap
peserta lokal dengan peserta luar negri. Panitia terlihat lebih ramah dengan
peserta luar negri. Bahkan ketika kawan saya tersebut hendak bertanya untuk
kepentingan pemberitaan, dia mendapat jawaban yang kurang menyenangkan.
Indonesia
terlalu indah untuk menjadi bangsa yang rendah diri, menurut saya seperti itu. Kita
tahu Indonesia itu luas, kaya dengan sumber daya. Untuk keilmuan, sudah sering
menjadi juara olimpiade. Kemarin pun ketika saya ikut event internasional, saya
bertemu dengan orang no 2 di dunia bagian Marketing, Hermawan Kertajaya. Saya juga
yakin masih banyak Hermawan lain di sana.
Ingin rasanya
saya menampar orang-orang yang tidak bangga dengan Indonesia, padahal dia
bernafas, makan bahkan pup di Indonesia. Setidaknya ketika Indonesia ada lubang
disana-sini, tambalah sehingga menjadikan Indonesia yang dapat dibanggakan. Ketika
bangga dengan berilmu dan berijasah atau bekerja di luar negri, berbagilah
dengan Indonesia yang mungkin kamu bilang tak sepintar negri-negri lain.
Masih dalam
surat Mariam kepada Minke. Mariam menuliskan keprihatinannya kepada para
priayi, raja dan orang yang berkedudukan yang bersikap sama seperti Belanda
kepada Hindia. Mereka bermanis-manis dengan Belanda, tetapi acuh dengan pribumi
sebangsanya. Menurut Mariam, seharusnya mereka mampu mengangkat bangsanya. Pribumi
terpelajar harus membantu pribumi lainnya yang tidak terpelajar.
Ketika membaca
bagian dari surat Mariam tersebut, saya ingat dengan 2 hal. Yang pertama adalah
ketika saya kkn dan cerita kkn kawan-kawan saya. KKN identik dengan pembuatan
plakat, negcat lapangan, dan perbaikan sarpras yang lain. Yang penting jam
terpenuhi. Yang kedua adalah saat ditanya selesai kuliah gimana? Jawaban yang
saya ingat adalah “kerja, kalau sudah kaya baru nikah”. Dari dau hal tersebut
dilihat, niatnya untuk kepentingan pribadi. Memang tidak salah. Namun setelah
membaca surat Mariam, saya jadi tergelitik. Pertama adalah, KKN yang setidaknya
merupakan belajar untuk mengabdi dalam masyarakat seharusnya bukan hanya mampu
mengerjakan hal-hala kasar tersebut. Masahiswa yang dianggap mahanya para siswa
tentu mempunyai keunggulan dibanding yang bukan mahasiswa. Yang kedua adalah
bekerja bukan untuk kepentingan pribadi, tapi diniatkan untuk menggunakan ilmu
yang didapat untuk mengabdi kepada masyarakat.
Mungkin saya
terlihat munafik karena hanya konsep ideal yang saya tawarkan. Tapi saya
optimis dengan ini.
*********
Mudah-mudaha
burung dara milik papa dan adik saya tidak hilang karena ga tau arah jalan
pulang. Bendera merah putih yang berkibar semoga menjadi petunjuk dimana
burung-burung itu kembali.
Terakhir,
semoga saya diberi kesempatan untuk keliling IndonesiaJ